TANDA HITAM DI JIDAT APAKAH ITU SUNNAH ATAU BID’AH?
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’
dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS Al-Fath:29).
Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira
bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan
“tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” Padahal
bukan demikian yang dimaksudkan.
Diriwayatkan oleh Thabari
dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan
“tanda mereka” adalah perilaku yang baik. Diriwayatkan oleh Thabari
dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah
kekhusyuan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang
hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat.” (Tafsir
Mukhtashar Shahih hal 546).
عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ
: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ
أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ
سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟
فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ
شَىْءٍ؟
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui
Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya
kepadanya, “Siapakah anda? “Aku adalah anak asuhmu,” jawab orang
tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di
antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di
antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan
Rasulullah, Abu BakAr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas
tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ
إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.
Dari
Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas
sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan
seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan
penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا
أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا
بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.
Dari Abi Aun, Abu Darda melihat
seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat “kapala semisal kapala
yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, “Seandainya bekas
itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik.” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan
Kubro no 3700).
عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ
بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ
أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ
صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى
وَجْهِى شَيْئًا.
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di
dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail
bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata,
“Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu
bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan
wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi
bekas sedikitpun pada wajahku.” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no
3701).
عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ
الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ
الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.
Dari Manshur, Aku bertanya
kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud apakah yang dimaksudkan adalah
bekas di wajah? Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang kapala
yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan kapala yang ada pada lutut
onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah
kekhusyu’an.” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat
adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu
tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij
(baca: ahli bid’ah) (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa
bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan
hadits tentang Khawarij kepadaku.” Suatu hari aku berjumpa dengan Abu
Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata
kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah
tentang Khawarij!” Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian
suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh
kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu
beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada
hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua
lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan
dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak
memberinya.” Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak
membagi dengan adil.” Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau
bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan
menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku.” Demikian beliau
ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
يَخْرُجُ
مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ
الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ
يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan
mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al-Qur’an namun
al-Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari
agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah
menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas
mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalu muncul.” (HR Ahmad no
19798, dinilai shahih li ghairihi oleh Syeikh Syu’aib al-Arnauth).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu
berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan
inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi. Wallohu
A’lam bish-Showab
Semoga bermanfa’at untuk menjauhkan diri dari kesalahpahaman dan riya' dalam ibadah. Aamiin
0 komentar:
Post a Comment