Future Video

Monday 13 June 2011

SEPENGGAL BIOGRAFI WALIYULLOH SIMBAH SANUSI

"Bangsa yg besar adalah yg mengenal sejarah pejuangnya" kata bijak persiden RI pertama kali ini menyulut saya untuk menulis sejarah atau riwayat orang-orang yg berjasa di desa saya. Sebelum riwayat tentang mereka hilang, seiring hilangnya Shohibul Hikayat. Dan biografi yg akan saya tulis ini mengenai sejarah singkat waliyulloh Mbah Sanusi.

Pernah K. Muhammad bin KH Yasin meng-imlak-kan biografi Waliyulloh Simbah sanusi kemudian di catat oleh santri beliu, namun sayang manuskrip yg menyimpan tindak tanduk beliau yg mulia tsb hilang entah kemana. Hanya beberapa lembar saja yg masih tersisa, itupun menerangkan beberapa Keramatnya saja.

Beliau adalah KH. Sanusi yg dimakamkan diselatan Masjid Kauman Jekulo. Berasal dari desa Gili yg terletak disebelah barat distrik Tenggelas. Beliau dilahirkan dari pasangan Bapak Ya'qub dan Ibu Sarijah. Semasa hidupnya beliau lebih di kenal dengan sebutan H. Sanusi Ali, menurut keterangan lain nama Ali tsb bukan nama asli melainkan laqob atau nama panggilan yg berasal dari kata Sanusi Kulon Kali, kemudian anak-anak kecil sering menyebutnya dgn menyingkat Mbah Sanusi Kulon kali menjadi Mbah sanusi Ali. Karena memang beliau mempunyai dua rumah, yg satu di dukuh Kauman yg berada di timur sungai Logung dan yg satunya lagi berada di sebelah barat sungai Logung, tepatnya di utara pasar mbareng lama, dukuh Tambak jaya.

Seperti kebanyakan para wali lainnya, beliau memulainya dengan suluk dan riyadloh. Pada masa remaja, beliau melakukan riyadloh dengan bertapa selama 40 hari tanpa bekal di puncak Argo Jimbangan, salah satu puncak yg berada di gunung muria. Jika kita lihat dari bawah, Argo Jimbangan adalah Gugusan paling timur dari deretan gugusan gunung Muria. Di sanalah Mbah Sanusi melakukan riyadloh, untuk menemukan rasa ing jati, rasa ing rasa, iaitu makrifat kepada Allah dgn cara mengenali diri sendiri.

Selama Khalwat di puncak Argo Jimbangan, setiap lima waktu beliau selalu didatangi seekor Macan, tapi bukan hendak memangsa beliau, melainkan membawakan bumbung Bambu yg berisikan air untuk berwudlu. Maka setelah genap empat puluh hari beliau pun turun dan pulang kerumah. tatkala beliau pulang ini, ada cerita lucu. Tatkala itu, ibu mbah sanusi sedang menimba dgn menggunakan senggot, tiba-tiba saja senggot tsb terasa berat hingga ibu beliu tak mampu mengangkatnya, si ibu pun berteriak-teriak minta tolong. Mengetahui hal itu mbah sanusi pun menampakkan diri dan berkata, "aku seng ganduli mbok", ternyata mbah sanusi yg tadi tidak menampakkan diri sambil memegangi senggot, bermaksud memamerkan kesaktian sekaligus bercanda dgn ibunya.

Sebagai seorang pemuka Agama di desa Jekulo dan sebagai rujukan Kyai setempat. Beliau juga mempunyai hubungan batin yg erat dgn Kiai Zubair Sarang Rembang. sebagaimana yg diceritakan oleh Bpk Ah. Saiq dari keterangan Kiai Muhammad. Bahwa Mbah Sanusi sering melakukan telekomunikasi batin dengan Kiai Zubair, namun mengenai yg dibicarakan mereka berdua tidak ada keterangan yg jelas. Tatkala KH. Hasyim As'ari hendak meminta ijin ke Habib Hasyim Pekalongan beliau juga bersinggah di Waliyulloh Mbah Sanusi, sebelum Akhirnya beliau mengantarkan Kiai Hasyim ke rumah Mbah Raden Asnawi Kudus. Dari cerita ini bisa ditarik kesimpulan bahwa beliau juga mempunyai hubungan yg erat dengan ulama-ulama di tanah jawa. Namun pada suatu ketika beliau ditanya oleh Kiai R. Asnawi, "mengapa NU tidak berkembang di Jekulo?" beliau tersenyum dan menjawab, "Jarke mawon. malah seng sae ngoten!". Mungkin karena ucapan beliau inilah pada akhirnya Kiai-kiai di Jekulo jarang ikut Organisasi.

to be continue..

0 komentar:

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh