Future Video

Thursday, 7 June 2012

Power Teaching

Oleh : H Muchlas Yusak
Power Teaching, juga belakang dikenal dengan nama "Whole Brain Teaching"

Power Teaching, jika diindonesiakan bisa berbunyi "pembelajaran dahsyat"! Seberapa dahsyatkah metoda, atau mungkin tepatnya teknik, pembelajaran ini? Sementara frasa "whole brain teaching" -- pembelajaran dengan keseluruhan otak -- mengisyaratkan bahwa pembelajaran ini mengoptimalkan kerja otak peserta didik, otak kiri, otak kanan, otak ... . Dengan bahasa lain, mungkin bisa dikatakan pembelajaran ini melibatkan aspek-aspek diri siswa dengan 'high impact' (berdampak tinggi): kognitif, afektif dan psikomotorik. Seberapa "whole-brain"-kah pembelajaran ini?

Power Teaching diperkenalkan oleh Chris Biffle, seorang dosen di AS, setelah berbulan-bulan berkolaborasi dengan seorang teman dari TK dan seorang lagi dari sekolah menengah di awal tahun 2000-an. Karena metoda ini menggebrak pendekatan konvensional, dalam waktu singkat ribuan guru dan puluhan ribu siswa menikmati pembelajaran dengan metoda unik ini. Unik karena pendekatannya sama sekali berbeda dari yang kita kenal selama ini, bahkan terkesan aneh namun sangat fun. Sebagai metoda, seperti lazimnya metoda yang lain, power teaching ke-"dahsyat"-annya terletak pada pembelajaran yang menekankan penguasaan, atau ketuntasan pemahaman atau kemampuan siswa kemampuan untuk mengungkapkan kembali konsep, penjelasan, rumus yang disampaikan guru.

Dan, yang menarik dari metoda ini, langkah-langkahnya begitu sederhana sehingga praktis bisa kita kuasai dalam hitungan menit. Chris Biffle menawarkan 6 hal untuk mengelola pembelajaran dengan power teaching ini. Kegiatan interaktif yang mewarnai proses pembelajaran ini dikendalikan dengan perintah-perintah dan respon-respon sederhana dengan satu kata bahasa Inggris yang relatif sudah dikenal siswa, maka pembelajaran dengan metoda ini praktis bisa diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran. Ungkapan yang harus diperkenalkan ke siswa dan digunakan dalam interaksi kelas adalah: (1) Class - Yes, (2) Micro-lecture, (3) Teach - Okay, (4) Scoreboard, (5) Hands and Eyes, (6) Comprehension Check.

(1) Class - Yes
Untuk meminta perhatian atau menghentikan kegiatan siswa, guru berseru, "Claaaass!" dengan nada suara dan intonasi yang diubah dari waktu ke waktu. Semua siswa akan serempak merespon dengan, "Yeeeesss!" dengan nada dan intonasi meniru cara guru berucap. Kalau guru menggunakan suara robot, siswa pun merespon dengan suara robot. Suara anak kecil, respon juga suara anak kecil. Kalau "Yes" diembat-embat dengan 3 tekanan, siswa pun melakukan hal yang sama.

(2) Micro-lecture
Guru hanya boleh menyampaikan konsep baru, penjelasan, langkah atau rumus tidak lebih dari 30 detik atau setengah menit. Kalau siswa harus bisa mengulang atau mengungkapkan kembali suatu rumus atau kalimat yang baru saja disampaikan guru, maka beberapa detik pun jadilah micro-lecture. Namanya juga "micro-", amat sangat kecil. Kenapa? Karena setiap informasi, penjelasan, konsep, rumus, dsb. yang disampaikan guru harus dapat diungkapkan kembali oleh siswa.

(3) Teach - Okay
Setelah "mengajar" kurang dari atau selama 30 detik, guru meminta siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang baru saja diperoleh. Perintah ini disampaikan dengan berkata, "Teach!" dengan nada tinggi menghentak diikuti gerakan menarik seperti, tepuk tangan 2-2 diteruskan dengan menjulurkan lengan kanan dijulurkan menghentak menyerong kanan ke atas, sementara yang kiri ditarik ke bawah, misalnya. Pada kesempatan lain, sebagai variasi, ucapan "Teach" disuarakan lembut disusul dengan tepuk tangan 2-2 dilanjutkan dengan juluran lengan perlahan ke depan. Siswa lalu merespon dengan berkata, "Okay!" dengan nada suara yang sama, disertai gerakan sama seperti yang dilakukan guru. Setelah itu, anak sebangku berpaling untuk saling berhadapan dan mengutarakan kembali apa saja yang disampaikan guru. Saat menuturkan kembali apa yang dipelajari dari guru, siswa harus menggunakan 'gesture' dan bersemangat dan memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh telinganya sendiri.

(4) Scoreboard
Scoreboard atau "papan nilai" dimaksudkan untuk memberitahu siswa apakah respon siswa memuaskan guru, karena dilakukan serempak dan bersemangat atau sebaliknya. Yang perlu kita lakukan adalah menggambar 2 wajah berbentuk lingkaran, yang satu, "Smiley," menampilkan senyuman, satunya lagi, "Frowny," tampak cemberut. Dua gambar wajah itu dipisahkan oleh garis lurus ke bawah. Apabila respons siswa bagus, guru menuliskan skor satu di bawah "Smiley" kemudian guru mengibaskan tangan ke kelas yang disambut anak dengan ungkapan kegemberian dengan berseru "O yaaaa!" dan sekali tepuk tangan. Jika respon siswa tidak bagus, guru memberi skor satu di bawah "Frowny" dan setelah tangan guru dikibaskan ke arah kelas, siswa meresponnya sedih dengan bertutur, "Ooh," sambil menghapus matanya yang seolah menangis karena kecewa.

Catatan: Untuk lebih jelasnya, tontonlah video Chris Biffle yang mengajarkan Power Teaching. Pergilah ke www.youtube.com lalu tuliskan "Power Teaching" di 'search box'. Anda akan dapatkan banyak video pembelajaran dahsyat ini dari Sang Pencetusnya sendiri. Selamat bertualang dengan Chris Biffle.

  (5) Hands and eyes
Perintah bermakna "tangan dan mata" ini ketika diucapkan guru akan direspon siswa dengan ucapan yang sama, "Hands and eyes!" dilanjutkan dengan menyatukan jari-jari kedua tangan lalu meletakkannya di atas daun bangku dengan mata lurus tertuju pada guru. Aba-aba ini dimaksudkan untuk meminta perhatian berkualitas tinggi karena bahan yang akan disampaikan cukup sulit sehingga memerlukan perhatian ekstra. 'Hands and eyes' hanya digunakan ketika guru benar-benar menginginkan 'quality attention'. Jadi, tidak selalu menjadi bagian dari proses pembelajaran dahsyat ini. Di tahap awal perkenalan power teaching, "Hands and eyes" sebaiknya dilewatkan saja.

(6) Comprehension Check -- Cek Pemahaman
Saat siswa mengungkapkan kembali bahan ajar yang baru saja dipelajari, guru perlu mengecek pemahaman siswa dengan cara berjalan keliling kelas mendengarkan apa yang diungkapkan siswa. Ini penting, selain untuk mengetahui seberapa efektif siswa belajar, tapi juga untuk memastikan bahwa siswa tidak sekedar tampak seolah mengungkapkan pemahamannya seperti yang seharusnya, padahal senyatanya sekedar tampak buka mulut untuk mengelabuhi guru.

Power Teaching dapat digunakan untuk pembelajaran dari TK sampai perguruan tinggi. Dalam video yang digunakan Chris Biffle untuk mengenalkan power teaching, audience-nya adalah mahasiswa. Dan, mereka tampak sangat menikmati dan menyukainya. Cukup banyak video praktik power teaching menarik yang dapat kita saksikan lewat www.youtube.com. Selamat mencoba!

1 komentar:

  • Anonymous says:
    13 January 2013 at 09:37

    ada g langkah-langkah model
    pembelajaran ini?

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh