Future Video

Wednesday 8 June 2011

BIOGRAFI MUADZIN ROHMAT (MAT CIL)


Alunan Adzan panggilan waktu Shalat, terdengar syahdu di Masjid Baitus Salam Kauman Bareng. Suara merdu itu, keluar dari sosok tua Rohmat yang telah lama mengabdikan diri di Masjid kebanggaan orang Bareng itu. Istimewakah alunan Adzan dari seorang muadzin ini? Berikut penuturan Rohmat saat diwawancarai Radar Kudus.

Wajah berkerut, cekung dadanya dan kurus tubuhnya. Inilah gambaran sosok dari Rohmat yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya sebagai Muadzin Masjid Baitus Salam Bareng selama 40 tahun.

Sekilas bagi orang awam yang tidak mengenalnya mungkin akan menganggap dirinya biasa saja. Namun tidak bagi masyarakat yang tinggal disekitar kediamannya. Hamper semua orang di Desa Jekulo dekat dengan Pasar Bareng lama tidak asing degan namanya. Ini terlihat saat Radar Kudus mencoba menemukan tempat tinggalnya. Beberapa penduduk yang berada di sekitar pasar Bareng sangat mengenal sosok yang bernama Rohmat itu. Tanpa ragu-ragu mereka menemukan arah tempat tinggal si Muadzin ini.

Begitu pula saat Radar Kudus memasuki gang yang sudah mendekati tempat tinggalnya. Penduduk langsung megenali hamba Allah ini. Rumahnya terletak agak menjorok ke dalam, dan untuk menuju ke rumah anda harus melewati halaman rumah orang lain. Bila dibandingkan dengan rumah tetangga kanan kirinya, kondisi rumah si muadzin sangat sederhana sekali.

Dengan berasitektur model rumah jawa, serta berbatasan dengan sungai membuat rumahnya sangat nyaman dan adem. Belum lagi masih terdengar suara Kambing bersaut-sautan membuat suasana terasa benar-benar berada di Pedesaan. Suasana yang sederhana ini, tercipta saat memasuki ruang tamunya. Didukung dengan alas rumahnya masih alami terbuat dari tanah serta kursi tamunya yang berjumlah lima buah.

Kesederhanaan nampak pada diri Rohmat si Muadzin yang tersohor di Desanya. Ketika Radar Kudus menemui dirinya yang sudah berumur lebih dari setengah abad. Dengan mengenakan batik kuning berlengan panjang dan dipadukan dengan celana kain coklat yang terlihat sudah kusam dan berkacamaa tebal selayaknya seorang kakek tua.

Kesederhanaanya saja masih dipancarkan dari penampilannya mulai dari sarung yang melilit dipinggangnya ditambah dengan kopiahnya yang berwana merah dan terkesan sudah dimakan waktu.masih ditambah dengan gaya bahasanya yang kelam dan dan beraksen Jawa asli. Meski penampilan dan kondisi rumahnya yang sederhana, tapi di dalam dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain dalam soal urusan akhirat. Ini terbukti dari kesohorannya dalam pengabdianya dan syiar agama melalui seruan Adzan yang dikumandangkan di Masjid Baitus Salam Kauman Bareng. Rohmat menuturkan awal muasal dirinya memili menjadi Muadzin dimulai pada tahun 1965 M.

“Nanging kaliyan panitia Masjid dados perawatan taun 1971 (Tapi ditunjuk jadi panitia Masjid tahun 1971),” ujar Rohmat denga nada kalem.

Dikatakannya dirinya sudah sejak kecil berada dilingkup Pondok sekitar Masjid Kauman. “Kulo riyen nate ngumani Kiai Yassin pas taseh alit, lan ngaos kaleyan Mbahe KH Syafik Nashan `KH Dahlan` (saya dulu pas masih kecil Kiai Yasin kharismatik masih hidup dan belajar mengaji pada kakekya KH Syafik Nashan),” tuturnya.

Dan berdasarkan latar belakangnya yang sejak kecil kental dengan ajaran Agama membuat Rohmat tumbuh menjadi pemuda yang benar-benar menjalankan syariat agama. Hal ini terlihat dari penuturannya telah menjadi Muazin lebih dari empat puluh tahun. “Kawit taun 1971 ngantos taun 2001 kulo tetep Adza Shalat limang wektu. (sejak tahun 1971 sampai tahun 2001 saya etap Adzan d Masjid Shalat lima waktu),” ungkapnya. Menurutnya dalam kurun waktu tersbut dirinya tidak pernah digantikan orang lain. Hal ini benar-benar pecaha rekor. Dan ini dibenarkan KH Syafik Nashan saat dihubungi Radar Kudus kemarin. Meski tidak pernah diganti, Rohmat mengaku tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya sdi Masjid. “Kilo kaleyan Pak Dahlan. Nanging sing Adza terus bagian Masjid iku kulo. Engkang liyanipun Pak Dahlan. (saya dengan Pak Dahlan. Tapi yang Adzan dan bagian Masjid itu saya dan lainnya Pak Dahlan.)” jelas Romat.

Mengeai perhatian pengurus Masjid, Rohmat mengakui ada. “Pas kulo diangkat resmi dados Muadzin, kulo kaleyan Pak Dahlan diparingi bisaroh sawah sebahu kagem tiyang kaleh. (saat saya diangkat resmi jadi petugas Adzan, saya dengan teman saya Dahlan diberi semacam bisaroh sawah sebahu untuk dua orang.) paparnya. Dijelaskannya meski tidak mendapatkan imbalan, Rohmat tetap menjalankan rutinitas ibadahnya, termasuk mejadi Muadzin yang dalam dua tahun terachir ini sudah tidak digelutinya lagi dikarenakan sakit paru-paru.

Adzan, punya arti seruan pemberitahuan. Sedangkan menurut Syara`, Adzan berarti seruan pemberitahuan tentang tibanya waktu Shalat fardlu, yang menggunakan lafadh. Dari pengertian itu, dapat ditarik kesimpulan, Adzan pada hakikatnya merupakan seruan panggilan pada umat muslim utuk segera darang menuaikan ibadahya.

Jangan heran, kebanyakan para Muadzin di Masjid berusaha melakukan seruan panggilan itu, dengan melagukan Adza. Namun, tidak demikian dengan Muadzin di Masjid Baitus Salam Bareng. Di Masjid ini, para Muadzin ternyata memiliki ke-Khasan dalam mengumadagkan Adzan termasuk yang dilakukan Rohmat. Lantas apa keistimewaannya?

Menururut cerita, konon di Masjid ini para Muadzin jarang melagukan Adzannya. Hal ini, diakui Rohmat, salah satu Muadzin yang sekarag sudah tidak beradza lagi, dalam kurun waktu dua tahun belakangan dikarenaka sakit paru-paru. “Wonte Masjid meriki, dilarang melaguk-ke Adzan. (Di Masjid sini, dilarang melagukan Adzan)” ujarnya. Dijelaskan Rohmat, laangan tersebut muncul pada zaman Kiai kharismatik Kiai Yasin di daerah Bareng masih hidup. Semasa hidupnya, Kiai itu melarang Adzan ntuk dilagukan. Ketika ditanya dasar larangan tersebut muncul, Rohmat dengan polos menjawab tidak tahu. “Nanging Almarhum Kiai Yasin, nglarang Adzan dilaguake kerono nganut ajara Imam Syafi`i. (Tapi Kiai Yasin melarang Adzan dilagukan dikarenakan menganut AJARAN Imam Syai`I, Red),” ungkapnya. Larangannya itu, tampaknya tetap berlaku sampai kapan pun. Sebab, lanjut Rohmat, larangan tersebut sudah ditulis dalam plakat dan ditempel di Masjid tersebut. Namun, meski deikian, Masjid ini tidak menutup bagi orang lain yang ingin mengalunka Adzan. Hanya, siapa pun yang ingin menyerukan Adzan di Masjid tersebut, harus mematuhi aturan yag berlaku, yaki tidak boleh melagukan Adzan.

Soal laranga ini pun, juga diakui KH Syafik Nashan, Ketua MUI Kudus, yang juga tinggal di sekitar daerah pondok Kiai Yasin Qaumaniyyah. “Sebenarnya, yag benar Adzannya dilagukan dengan lurus tanpa kelak-kelok,” tuturnya. Menurut Syafiq, yang menyebutkan orang Adzan tidak boleh dilagukan terlalu panjang melebihi bacaan Mad tidak itu saja, Adzan juga tidak boleh dilantunkan secara lenggak-lenggok, seperti halnya orang menyanyi. “Hal tersebut, juga ada dalam Madzhab Imam Syafi`I, yang melarag bacaan yang seharusnya panjang dipendekkan dan sebaliknya,” tadasnya. Soal larangan Adzan dilagukan, jelas Syafiq, dikhawatirkan bias merubah Arti atau Lahn, dan tidak sesuai lagi dengan ilmu Tajwid dan makna sesungguhnya akan hilang. Dikatakannya, Adzan itu pada hakikatnya mengajak orag untuk Shalat. Bila dilagukan, dikhawatirkan tidak bias megena, disamping itu juga kurang menyentuh sasaran sehingga ajakan Shalat itu tidak ditanggapi lagi. “Orang akan tertarik mendengarkan Adzan saja, tanpa melakukan Ibadah Shalat,” tambahnya.

Lalu bagaimana nasib Rohmat setelah pensiun sebagai Muadzin? Dia yang hingga kini tiggal bersama keponakanya itu,ternyata masih meneruskan kegiatan mengajinya. Guru yang dipilihnya juga tidak sembarangan. “Kulo tesih sering wonten Mesjid, menawi ba`da Dluhur ngaos kaleyan Kiai Romli, bada Ashar kaleyan Kiai Saiq, ba`da Isya` kaleyan Kiai Syafik. (Saya masih serig ke Masji, bila sehabis Dhuhur mengaji dengan Kiai Romli, sehabis Ashar dengan Kiai Saiq, sehabis Isya` dengan Kiai Syafik,” teragnya,

Ditambahkan Rohmat, semua kegiatan religius yag djalankannya seata-mata dilakkan dengan niat Lillahi Ta`ala. Sehigga, dia pun tidak terasa berat, dan selalu berusaha mencari ilmu dengan mengaji, tanpa memperdulikan umur. (*)
Semoga Allah memanjagkan Umur beliau dalam limpahan Rahmatnya. Dan semoga beliau termasuk salah satu dari ketujuh orang yag kelak mendapatkan naungan Allah, sebagaimana Sabda Kanjeng Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam. Ami

0 komentar:

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh