Sukses itu penting, tapi bersyukur itu jauh lebih sukses. Orang biasa itu sukses dulu baru bersykur, sedangkan orang luar biasa justru bersyukur dulu baru suksesnya bertambah sukses. Sukses di atas Sukses. Jadi, tidak perlu sukses dulu baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka Anda pasti tambah sukses.
Sukses itu penting, tapi bersyukur itu jauh lebih sukses. Orang biasa itu sukses dulu baru bersykur, sedangkan orang luar biasa justru bersyukur dulu baru suksesnya bertambah sukses. Sukses di atas Sukses. Jadi, tidak perlu sukses dulu baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka Anda pasti tambah sukses.
Sukses itu penting, tapi bersyukur itu jauh lebih sukses. Orang biasa itu sukses dulu baru bersykur, sedangkan orang luar biasa justru bersyukur dulu baru suksesnya bertambah sukses. Sukses di atas Sukses. Jadi, tidak perlu sukses dulu baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka Anda pasti tambah sukses.
Mungkin ada yang bertanya, "KZ, katanya kalau bersyukur itu kan ditambah nikmatnya, tapi kenapa saya yang selalu hidup bersyukur tapi dari dulu tetep gini-gini aja?"
Mari kita simak FirmanNya : "Lains syakartum la-azii dannakum..." artinya : "Kalau Anda bersyukur pasti bertambah nikmatnya." Nah, jika sudah bersyukur tapi kok ga nambah juga kenikmatannya, berarti bukan ayat Allah nya yang salah, melainkan teknik bersyukurnya yang tidak pas atau bisa jadi pemahamannya yang salah tentang pertambahan nikmat itu sendiri.
Sungguh, nikmat yang bertambah itu tidak mesti melulu ditandai dengan penambahan kenikmatan dalam bentuk fisik, tapi justru seringkali hadir dalam bentuk kenikmatan metafisik. Dimana kenikmatan metafisik inilah yang kelak akan "menarik" kenikmatan-kenikmatan lainnya, yang bisa jadi dalam bentuk fisik.
Artinya, penambahan kenikmatan sebab dari bersyukur itu tidak harus dalam bentuk fisik, tapi bisa saja berupa kenikmatan metafisik yang sebelumnya tak pernah dirasakan, dan kenikmatannya bisa jauh lebih indah....
Bukankah bisa berbahaya jika pemahamnnya harus dalam bentuk fisik? Contoh : kalau saya bersyukur mendapatkan uang seribu maka Allah akan memberikan puluhan ribu atau ratusan ribu. Ah, contoh ini mungkin terasa biasa. Coba sekarang contoh dalam bentuk yang lain, misal tentang suami yang bersyukur telah menikahi wanita yang dicintainya, maka saya yakin pasti banyak para istri yang melarang suaminya untuk bersyukur karena telah menikahinya. Ya iya lah, sebab kalau suaminya bersyukur telah menikahinya, maka Allah akan menambah kenikmatannya dengan bertambahnya jumlah istrinya.... Bersyukurlah dengan satu istri, maka akan ditambah .... waw, bisa berabe kalau pemahannya seperti itu....
Sehingga, sekali lagi, kami yakinkan bahwa penambahan kenikmatan ketika bersyukur itu tidak harus dalam bentuk fisik (jasadi), tapi justru seringkali dengan penambahan kenikmatan metafisik (rasa). Dan penambahan kenikmatan itu sifatnya tunai, langsung diberikan..berdasarkan konteks "la azii dannakum" yang bisa diartikan "langsung kami tambahkan nikmatnya untukmu"
Artinya, jika bersyukurnya SEKARANG maka pertambahan nikmatnya juga SEKARANG. Maka, orang yang mengaku sudah bersyukur tapi tidak merasakan pertambahan nikmat itu.. maka belumlah bersyukur padaNya...
Wallahu alam
0 komentar:
Post a Comment