“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nahl: 18).
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An Nahl: 18).
Asy-Syukru berasal dari kosa kata syakara - yasykuru, yang berarti terima kasih, perbuatan yang baik sebagai balasan kebaikan yang diterima, baik berupa ucapan yang baik, perbuatan hati, perbuatan tangan atau perbuatan baik lainnya. Dan, sebagai seorang muslim, bersyukur itu adalah sebuah kewajiban. Begitu wajibnya bersyukur ini sehingga Nabi Muhammad saw. yang telah mendapatkan jaminan masuk surga, masih bersyukur kepada Allah SWT. Dalam sebuah Hadits disebutkan, Nabi Muhammad saw. selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfiroh dan bermunajat kepada Allah SWT. Bahkan, Nabi berdoa kepada Allah hingga sholat Subuh. Itu adalah salah satu bentuk syukur Nabi Muhammad saw.
Bersyukur merupakan salah satu ibadah mulia kepada Allah SWT yang bisa dilaksanakan di mana saja dan kapan saja, serta tidak memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah SWT berarti berterima kasih kepada Allah karena kemurahan-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti mengingat Allah yang Maha Segalanya.
Sebab nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak terhitung jumlahnya. Tidak ada timbangan yang dapat menghitung nikmat Allah tersebut. Seluruh anggota badan manusia seperti kaki, tangan, perut, mulut, telinga, hidung, mata dan anggota badan lain adalah gambaran betapa Allah SWT memberikan nikmat yang tiada tara kepada manusia.
Anggota badan itu dijadikan Allah dengan rapi dan lengkap serta dapat bergerak serentak sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sambil melihat, kita dapat bercakap-cakap, mendengar, berjalan-jalan dan lain sebagainya.Imam Al Ghazali mendifinisikan nikmat itu sebagai setiap kebaikan, kelezatan dan kebahagiaan hidup.
Nikmat karunia Allah SWT itu antara lain, pertama nikmat yang bersifat asasi dan kedua nikmat mendatang. Nikmat asasi itu digambarkan oleh Allah:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS: An Nahl:78)
Sesungguhnya manusia itu dilahirkan ke dunia dalam keadaan bertelanjang bulat. Tetapi, dilengkapi dengan alat yang diperlukan dalam perjuangan hidupnya. Dalam ayat di atas, yang dimaksudkan dengan kelengkapan itu ialah telinga, mata dan hati (akal).
Ada pun nikmat yang kedua itu nikmat yang dianggap mendatang itu ialah segala kenikmatan, kelezatan, dan kebahagiaan yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya.
Seperti diketahui, di alam ini, ada tanam tanaman, binatang ternak dan perhiasan. Semua itu diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman,
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.” (QS. Yaasin: 33).
Manusia memang seringkali lalai untuk bersyukur. Seorang manusia itu akan menyadari nikmat yang dkaruniakan Allah SWT apabila nikmat itu sudah hilang atau terlepas darinya.
Misalnya, ketika mata kita sudah mulai rabun, pendengaran mulai berkurang, gigi sudah ompong, maka saat itulah manusia mulai merasakan bagaimana nikmatnya memiliki penglihatan, pendengaran dan pengecapan yang sempurna. Sesungguhnya nikmat akan terasa jika kita sudah sakit.
Seorang hartawan akan terasa bila jatuh miskin dan melarat. Oleh karena itu peliharalah setiap nikmat yang telah diperoleh dari Allah SWT tersebut yakni dengan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Kaya dan Maha Agung agar nikmat itu terus dikekalkan.
Karenanya, sebagai saudara sesama muslim, dalam kesempatan yang sangat baik ini, izinkan saya menyampaikan ajakan, mari kita bersyukur kepada sang Khaliq atas segala karunianya.
Karena dengan bersyukur, berarti kita mengerti bahwa semua nikmat yang ada pada diri seseorang hamba, baik yang lahir maupun yang batin, semuanya berasal dari Allah SWT. Tiada daya dan upaya, kecuali Dia.
Mari bersyukur dengan bergembira menerima nikmat yang diberi-Nya, dan sebagai rasa syukur, mari kita mendekatkan diri kepada-Nya, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kita sebagai hamba, wajib memerbanyak ucapan syukur dan berterima kasih kepada-Nya. Mari taat kepada Allah SWT, dan selalu membesarkan nikmat sekalipun nikmat itu kecil.
Lawan syukur ialah kufur. Seseorang yang menggunakan nikmat Allah pada tempat yang bertentangan, maka dia telah mengkufuri nikmat Allah SWT. Seseorang yang memukul orang lain dengan tangannya, maka orang itu kufur nikmat, sebab tangan diciptakan Allah untuk memertahankan diri dari perkara yang mengancamnya, bukan mencederai atau membinasakan orang lain.
Orang yang bersyukur jiwanya akan menjadi semakin bersih. Dia akan bertambah dekat kepada Tuhan dan semakin sadar bahwa nikmat itu adalah karunia Ilahi yang perlu dimanfaatkan untuk kebaikan bagi ummat manusia.
Seseorang yang memeroleh kekayaan, maka kekayaannya digunakan untuk keperluan kebaikan seperti membantu fakir miskin, menolong orang yang memerlukan dan sebagainya. Sesungguhnya bagi orang bersyukur maka nikmat yang diperolehnya akan bertambah.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7)
Sadar akan pentingnya sikap ini, maka syukurilah nikmat dan karunia Allah, baik nikmat lahir maupun nikmat batin.
semoga Allah menjadikan kita semua termasuk golongan hamba-hamba-Nya yang selalu bisa bersyukur di setiap waktu dan keadaan
0 komentar:
Post a Comment