Future Video

Thursday, 15 December 2011

Doa

Doa adalah kunci hajat, munajat kepada Allah dengan malu, andalan orang-orang terpojok, medan orang-orang yang butuh, tempat pengungsian orang-orang yang rindu, pegangan keselamatan, tangga kesuksesan dan jalan menuju roma.

Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan doa orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku”. (QS Al Baqarah 2 : 186)

Nabi saw bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari doa yang tidak dikabulkan”. (HR Muslim 2722)

Nabi saw bersabda kepada Sa’d bin Abu Waqash ra: “Hai Sa’d, sucikan makananmu, maka kamu dikabulkan doamu”. (At Targhib 2/547)

Nabi saw bersabda: “Barangsiapa menuju peraduannya dalam keadaan suci dan dzikir kepada Allah azza wa jalla, sampai dia dikuasai oleh kantuk, maka tidak kembali saat dari malam di mana dia meminta kepada Allah azza wa jalla kebaikan dari kebaikan dunia dan akherat, kecuali Allah memberikannya kepadanya”. (Hadits hasan riwayat Ibnu Sunni 724, Abu Dawud 5024)

Nabi saw juga bersabda: “Barangsiapa bangun sambil bicara di malam hari, lalu mengucapkan: “Tiada tuhan kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah. Tiada tuhan kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya upaya maupun kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”, lalu dia mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah saya” atau berdoa, maka dia dikabulkan. Jika dia berwudhu, maka shalatnya diterima”. (HR Bukhari 1154 dari Ubadah bin Shamit ra)

Termasuk usaha agar doa terkabul adalah berdoa pada sepertiga malam terakhir, sebab Nabi saw bersabda: “Turun (rahmat) Tuhan kita setiap malam ke langit terdekat ketika tersisa sepertiga malam akhir, lalu Dia berfirman: “Siapa yang mendoa kepada-Ku, maka Aku mengabulkannya? Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri dia? Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku ampuni dia?” (HR Bukhari 7494, Muslim 758 dari Abu Hurairah ra)

Nabi saw juga bersabda: “Dua hal tidak ditolak (atau sedikit sekali ditolak) : doa ketika adzan dan ketika peperangan pada saat sebagian dari mereka merapat pada yang lain”. (HR Abu Dawud 2540 dari Sahl bin Sa’d ra dengan sanad shahih)

Dikisahkan dalam hadits, bahwa tiga orang lelaki sedang berjalan-jalan. Tiba-tiba hujan turun, sehingga mereka berlindung ke sebuah gua di gunung. Namun tak lama kemudian, sebuah batu besar dari gunung turun di pintu gua mereka dan menutupi mereka. Sebagian dari ketiga orang itu berkata kepada yang lain: “Pikirkan beberapa perbuatan saleh yang pernah kalian lakukan karena Allah. Gunakan perbuatan itu untuk berdoa kepada Allah, semoga Dia menyirnakan batu ini”.

Orang pertama berkata: “Ya Allah, saya memiliki dua orang tua yang sudah tua. Saya juga memiliki beberapa anak kecil yang saya rawat. Jika malam tiba dan saya memerah air susu, maka saya mulai memberi minum kepada kedua orang tua saya sebelum anak-anak saya. Dan sesungguhnya suatu saat, saya kemalaman. Saya tidak kembali, kecuali ketika sore hari. Ternyata ayah dan ibu saya sudah tidur. Lalu saya memerah air susu sebagaimana biasanya, lalu saya bawa kepada mereka. Saya berdiri di dekat kepala mereka, saya tidak mau membangunkan mereka dari tidur. Saya tidak ingin memberi minum anak-anak dahulu sebelum mereka. Sementara anak-anak merengek-merengek di dekat kaki saya. Hal itu berlangsung lama sampai fajar menyingsing. Jika Engkau mengetahui, bahwa saya berbuat demikian karena menginginkan ridha-Mu, maka bukalah celah untuk kami dari mana kami melihat langit”. Maka Allah membuka sebuah celah untuk mereka, sehingga mereka bisa melihat langit dari celah itu.

Orang kedua berkata: “Ya Allah, sesungguhnya saya memiliki seorang sepupu wanita, anak paman yang paling saya cintai seperti layaknya lelaki mencintai wanita. Saya meminta dirinya, namun dia menolak, kecuali saya memberinya seratus dinar. Karena itu, saya bekerja, sampai berhasil mengumpulkan seratus dinar itu. Kemudian uang seratus dinar itu saya berikan kepadanya. Namun ketika duduk di antara kedua kakinya, dia berkata: “Hai hamba Allah, takutlak kepada Allah dan jangan pecah keperawanan, kecuali dengan semestinya”. Maka saya berdiri menjauhi dia. Ya Allah, jika Engkau mengetahui, bahwa saya berbuat demikian demi meraih ridha-Mu, maka bukan celah untuk kami”.

Orang ketiga berkata: “Ya Allah, sesungguhnya saya menyewa seorang buruh. Ketika dia elah menyelesaikan pekerjaan, dia berkata: “Berikan hakku”. Saya perlihatkan haknya kepadanya, namun dia meninggalkannya dan tidak menyukainya. Hak buruh itu kemudian saya kembangkan, sehingga menjadi sekawan sapi. Setelah itu, dia mendatangi saya dan berkata: “Takutlah kepada Allah dan jangan zalimi aku akan hakku”. Saya berkata: “Ambillah sekawan sapi ini. Ini milikmu”. Dia berkata: “Takutlah kepada Allah dan jangan menertawakan aku”. Aku berkata: “Aku tidak menertawakan kamu. Ambillah sekawan sapi ini”. Setelah itu, dia mengambilnya dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa saya berbuat demikian karena menginginkan ridha-Mu, maka bukalah celah yang tersisa”. Maka Allah membukakan mereka. (HR Bukhari 3465, 5974)

Dikisahkan, bahwa Marwan bin Hakam mengutus beberapa orang untuk menghadap Said bin Zaid ra sehubungan dengan kasus Said dengan seorang wanita bernama Arwa binti Uwais. Arwa berkasus dengan Said mengenai sebidang tanah sedikit. Setelah mereka tiba, Said berkata: “Orang-orang mengira aku berbuat jahat kepada Arwa. Padahal aku mendengar Nabi saw bersabda: “Barangsiapa menzalimi sejengkal tanah, maka tanah itu dikalungkan kepadanya di hari kiamat dari tujuh bumi”. Said melanjutkan perkataannya: “Ya Allah, jika Arwa berdusta, maka jangan cabut nyawanya sampai matanya muda dan jadikan kuburnya di dalam sumurnya”.

Rawi berkata: “Demi Allah, sebelum meninggal dunia, Arwa buta. Dan dia keluar rumah berjalan kaki dengan hati-hati. Namun kemudian dia jatuh ke dalam sumurnya dan sumur itu menjadi kuburnya”. (HR Abu Nuaim 1/96)

Dikisahkan, bahwa Abu Raihanah ra, seorang sahabat Nabi sedang naik kapal. Ketika dia menjahit, jarumnya jatuh ke lautan. Maka dia berkata: “Saya menyumpah-Mu wahai Tuhanku, kembalikan jarum saya”. Tiba-tiba jarum itu tampak di atas air dan dia mengambilnya kembali. (Al Ishabah 3/464)

Suatu malam, Thawus berada di Hijir Ismail. Tiba-tiba datanglah Ali bin Husain. Thawus berkata: “Dia lelaki saleh dari Ahli Bait Nabi. Malam ini, aku pasti akan mendengarkan doanya”. Tak lama kemudian, Ali shalat, kemudian bersujud. Aku mendengarkan dengan seksama dan aku mendengar Ali berkata: “Hamba kecil-Mu di halaman-Mu. Orang miskin-Mu di halaman-Mu. Orang melarat-Mu di halaman-Mu. Peminta-Mu di halaman-Mu”. Aku hafal kalimat-kalimat yang diucapkan oleh orang besar itu. Dan tak pernah aku berdoa dengan kalimat-kalimat itu ketika sedang ada masalah, kecuali Allah memberikan solusi dan jalan keluar”. (Al Faraj Ba’da Syiddah 1/148)

0 komentar:

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh