Future Video

Monday, 20 September 2010

Jilbab dan budaya Arab



Islam di turunkan membawa kedamaian kepada alam semesta. Sebagai contoh adalah perayaan tahun baru hijriyah yang barusan kita lewati. Para umat islam hanya merayakannya dengan berdoa, istighotsah maupun pengajian. Bukan dengan konser atau apapun yang dapat memicu perselisihan dan keributan.

Sebagai agama, islam memiliki pedoman dan batasan-batasan yang membatasi gerak pemeluknya dengan syariat yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW.

Sebelum Nabi Muhammad saw di utus, kita telah sama-sama mengetahui sejarah kekejaman bangsa jahiliyah yang diskriminatif terhadap perempuan. Perempuan di anggap aib bagi keluarga maupun kelompok yang mereka banggakan, oleh karena itu sayyidina Umar pernah mengubur hidup-hidup putrinya ketika beliau belum memeluk islam.
Sejarah telah terulang, islam di anggap diskriminatif terhadap kaum hawa oleh sebagian orang yang menggembar-nggemborkan persamaan gender.

Pertanyaannya, benarkah syariat islam berlaku diskriminasi terhadap perempuan?
Tentu tidak, karena islam lah yang menghapus tradisi jahiliyah yang menganggap perempuan adalah aib bagi keluarga.

Lalu kenapa mereka merasa kurang di hargai dengan tradisi pingitan, jilbab dll.?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, alangkah baiknya kita menelusuri alasan kenapa perempuan di pingit, harus memakai jilbab dan di larang keluar rumah terlebih dengan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya.

Wanita adalah symbol keindahan di muka bumi ini. Sudah menjadi watak manusia, jika memiliki barang yang indah dan super mewah, pasti akan di rawat dengan sedemikian rupa dan dijaga dari mata jahat yang meliriknya. Sesuatu yang terbungkus dengan rapi akan kelihatan lebih indah dan cenderung mahal harganya. Kita akan mendapai semua produk yang di jual di super market terbungkus dengan indah dan rapi, lain halnya makanan yang kita temui di warung yang kumuh dan di kerubuti oleh lalar yang seolah tak berharga.

Nah, untuk menjaga kesucian dan keindahan perempuan, agama mempunyai batas-batas yang tidak bisa si tawar oleh siapapun. Meskipun itu berbenturan dengan budaya daerah tersebut.

Sebagian orang beranggapan bahwa jilbab adalah budaya arab dan bukan merupakan peraturan agama islam yang murni.
Allah swt berfirman :

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون َ(النور : ٣١)

Sejarah memang benar-benar terulang. Saya sering mendapati sepasang suami istri yang berboncengan menuju warung atau tempat lain. Yang membuat saya bingung adalah, si suami memakai pakaian yang tertutup (sarung + peci) sedangkan si istri hanya memakai celana ¾ tanpa kerudung yang menutupi kepalanya. Atau seorang anak perempuan yang memboncengkan ibunya untuk pergi “ngaji” ke salah satu kyai, sedangkan sang anak yang sebagai tukang ojek malahan membuka auratnya, memamerkan keindahan tubuhnya seolah tak tahu dia sedang menuju ke mana. Kejadian seperti ini bukan lah merupakan hal baru yang terjadi dalam peradaban manusia.



Imam ibnu katsir di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sebelum islam di turunkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Kaum hawa pada masa jahiliyyah tidak memakai penutup kepala dan muka (jilbab). Bahkan tanpa rasa malu, mereka berjalan di hadapan para lelaki dengan pakaian yang memperlihatkan leher dan dada mereka. oleh karena itu Allah memerintahkan para wanita muslim untuk berbeda penampilan dengan kafir jahiliyah dengan menutupi aurat mereka dan memakai penutup kepala (khimar).

Allah berfirman :

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ (النور : ٣١)

Coba kita simak komentar Ibnu katsir dalam tafsir ayat ini :

وقوله: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } يعني: المقانع يعمل لها صَنفات ضاربات على صدور النساء، لتواري ما تحتها من صدرها وترائبها؛ ليخالفن شعارَ نساء أهل الجاهلية، فإنهن لم يكن يفعلن ذلك، بل كانت المرأة تمر بين الرجال مسفحة بصدرها، لا يواريه شيء، وربما أظهرت عنقها وذوائب شعرها وأقرطة آذانها. فأمر الله المؤمنات أن يستترن في هيئاتهن وأحوالهن، كما قال الله تعالى: { يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ } [ الأحزاب: 59]. وقال في هذه الآية الكريمة: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } والخُمُر: جمع خِمار، وهو ما يُخَمر به، أي: يغطى به الرأس، وهي التي تسميها الناس المقانع.

Dari keterangan ayat di atas menjelaskan bahwa jilbab, mukena dan sejenisnya bukan semata-mata adat / budaya orang arab pada masa awal islam. Melainkan perintah langsung dari Allah swt kepada ummatNya yang beriman.

Imam Ibnu Katsir juga berpendapat bahwa perintah memakai tutup kepala atau yang lazim di sebut jilbab ini semata-mata sebagai perinatah Allah swt dan bukan merupakan adat ataupun budaya Arab. Beliau mengatakan :

هذا أمْرٌ من الله تعالى للنساء المؤمنات، وغَيْرَة منه لأزواجهنّ، عباده المؤمنين، وتمييز لهن عن صفة نساء الجاهلية وفعال المشركات

Sebelum membahas lebih jauh lagi, alangkah baiknya kita mengetahui sejarah di syari’atkannya jilbab/penutup kepala serta definisinya menurut beberapa ulama’.

Definisi ‘Aurat
Secara bahasa ‘aurat adalah kekurangan/sesuatu yang di anggap tercela. Oleh karenanya batasan-batasan tersebut di namakan ‘aurat yang sangat tercela bila di perlihatkan baik secara agama maupun norma kemanusiaan dan akal sehat. Adapun secara fikih ‘aurat adalah anggota badan yang wajib di tutupi dari mata manusia bahkan jin dan malaikat sekalipun.

Menutup aurat adalah suatu kewajiban seorang muslim baik di dalam solat maupun di luar solat. Allah swt mewahyukan di dalam surat al a’rof ayat 28:

وإذا فعلوا فاحشة قالوا وجدنا عليها اباءنا

Ibnu Abbas mengatakan : “fachisyah” dalam ayat tersebut adalah thowaf (mengelilingi) baitulloh dengan keadaan telanjang.
Di riwayatkan dari Sayyidina Ali karromallohu wajhah, Rasululloh bersabda : “janganlah kamu membuka pahamu dan melihat paha orang lain baik orang itu dalam keadaan hidup ataupun meninggal”.
Menurut analisa kami, Pertama kali yang menggunakan penutup kepala atu yang lazim di sebut jilbab adalah kaum perempuan muhajirin. Sebagaimana yang tersebut dalam argumen imam Ibnu Katsir di bawah ini :

وقال البخاري: وقال أحمد بن شَبِيب : حدَّثنا أبي، عن يونس، عن ابن شِهَاب، عن عُرْوَةَ، عن عائشة، رضي الله عنها، قالت: يرحم الله نساء المهاجرات الأول، لما أنزل الله: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } شقَقْنَ مُرُوطهن فاختمرن به.
وقال أيضا: حدثنا أبو نُعَيم، حدثنا إبراهيم بن نافع، عن الحسن بن مسلم، عن صَفيّة بنت شيبة؛ أن عائشة، رضي الله عنها، كانت تقول: لما نزلت هذه الآية : { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } : أخذن أزرهن فَشَقَقنها من قبل الحواشي، فاختمرن بها.

Sayyidah aisyah pernah berkata: semoga Allah merahmati perempuan yang mengikuti hijrah pertama. Ketika turun ayat ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) mereka merobek mirthun (baju yang terbuat dari bulu) mereka dan menjadikannya penutup kepala (khimar).

Dalam riwayat lain di katakana : mereka menyobek izar (sarung) mereka dari arah pinggir dan di jadikan sebagai penutup kepala.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa perempuan kaum anshor lah yang pertama kali mengenakan dan memasyarakatkan kerudung.

Dengan dalil di bawah ini yang juga di riwayatkan dari sayyidah aisyah :

وقال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي، حدثنا أحمد بن عبد الله بن يونس، حدثني الزنجيّ بن خالد، حدثنا عبد الله بن عثمان بن خُثَيْم، عن صفية بنت شيبة قالت: بينا نحن عند عائشة، قالت: فذكرنا نساء قريش وفضلهن. فقالت عائشة، رضي الله عنها: إن لنساء قريش لفضلا وإني -والله -وما رأيت أفضلَ من نساء الأنصار أشدّ تصديقًا بكتاب الله، ولا إيمانًا بالتنزيل. لقد أنزلت سورة النور: { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } ، انقلب إليهن رجالهن يتلون عليهن ما أنزل الله إليهم فيها، ويتلو الرجل على امرأته وابنته وأخته، وعلى كل ذي قرابة ، فما منهن امرأة إلا قامت إلى مِرْطها المُرَحَّل فاعتجرت به، تصديقًا وإيمانًا بما أنزل الله من كتابه، فأصبحْنَ وراء رسول الله صلى الله عليه وسلم الصبح معتجرات، كأن على رؤوسهن الغربان.

Para lelaki kaum anshor mengajak istri, anak dan saudara-saudara terdekatnya untuk memakai kerudung sebagai bentuk keimanan dan kepercayaan mereka terhadap apa yang telah di turunkan kepada nabi Muhammad saw.(semoga mereka menjadi tauladan ayah bagi ribuan bahkan jutaan ayah bangsa indonesia)

Pada perkembanganya, jilbab di jadikan model dengan berjuta variasi warna dan jenisa kainnya. Seperti yang dapat kita lihat di daerah Jateng, Jabar dan Jatim dan daerah lainnya di Negara kita tercinta.

Pada catatan selanjutnya, kami akan mencoba menjelaskan definisi dari jilbab beserta konsekwensi bagi mereka yang tidak mengenakannya.

MOHAMMAD NASIH
JEKULO KAUMAN

0 komentar:

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh