Sampai
sekarang terdapat 2 pendapat yang terus berkembang berebut pengaruh untuk
diaplikasi terkait proses belajar. Proses belajar di sekolah dirancang ke dalam
kurikulum. Kurikulum yang berlaku di sekolah SD, SMP, SMA, SMK bermerk
KTSP. Tulungagung mulai memberlakukan KTSP tahun ajaran 2007/2008.
Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan pengetahuan dan mental siswa.
Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan (konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut pendapat ini.
Pendapat I yakin proses belajar terjadi karena ada reinforcement sebagai motivasi siswa agar terjadi perubahan tingkah laku (behaviorisme), proses belajar terjadi sesuai tingkat perkembangan biologis seseorang (maturasionisme). Behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia. Kurikulum sebelum KBK atau KTSP menganut pendapat ini. Peran guru di sini aktif menyiapkan dan memberi pelajaran yang sesuai untuk memperkaya dan mempercepat perkembangan pengetahuan dan mental siswa.
Pendapat ke II yakin proses belajar terjadi karena bentukan kita sendiri (selfcontructions). Pengetahuan yang kita dapat bukan karena meniru dan bukan pula menggambar realitas di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan (konstruktivisme). Kurikulum yang diberlakukan sekarang KBK maupun KTSP menganut pendapat ini.
Siswa
dibimbing dan dilatih serta diberi kesempatan melakukan adaptasi kognitif. Sama
halnya dengan setiap organisme tubuh harus beradaptasi secara fisik dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran siswa.
Siswa dan kita semua berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan
persoalan baru yang harus ditanggapi dan diselesaikan serta dipecahkan secaca
kognitif (mental). Untuk itu, siswa dibimbing dan dilatih mengembangkan skema
pikiran lebih umum menuju ke lebih rinci, atau perlu perubahan radikal untuk
menjawab tantangan hidup dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.
Proses dan Fase Belajar
1..Fase-Fase
Belajar dan Proses-proses yang Terjadi
Secara
Spikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase
itu terjadi proses-proses.
a.
Fase Motivasi
·
Timbulnya
motivasi (dorongan belajar) dalam diri mahasiswa.
·
Dua
jenis motivasi :
(1). Motivasi Intrinsik
Dorongan
yang timbul dalam diri mahasiswa, karena stimulus (rangsangan) dari
dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita,
kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil.
(2). Motivasi Ekstrinsik
Dorongan
yang timbuk dalam diri mahasiswa, karena stimulus dari luar, seperti
penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak lain.
·
Kedua
motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi
intrinsik
yang paling penting (prinsip 1.3 dan 1.8 Perkuliahan Bermutu I). Apabila
motivasi sudah timbul dalam diri mahasiswa, proses keinginan (untuk belajar)
sudah terjadi.
·
Konsep
“Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan” adalah
berdasarkan teori motivasi.
b. Fase Pemerhatian
·
Pemerhatian:
Pemerhatian
(pemberian) p-erhatian pada materi perkuliahan yang sedang (akan segera)
disajikan. Ini timbul dengan baik setelah ada motivasi.
·
Ada
tiga proses yang terjadi :
(1).
Proses memperhatikan
(2).
Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)
(3).
Proses memahami.
·
Kuat-lemahnya
proses-proses itu banyak bergantung pada cara
penyajian materi kuliah, situasi belajar pengajar, dan motivasi dimaksud diatas
c. Fase Pemerolehan
·
Pemerolehan
:
Proses
memahami (memeroleh) arti materi kuliah, dan memasukkannya kedalam ingatan
jangka pendek (short-term memory), dan dari sana akan disimpan dalam ingatan
jangka panjang(long-term memory). Proses ini disebut juga pelambangan (encoding).
·
Dosen
berperan penting dalam membuat kuat-lemahnya proses ini.
d.
Fase Penyimpanan
·
Apa
yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan
jangka
pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan disana
dalam jangka waktu yang lama.
·
Apa
sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan jangka panjang tidak diketahui
dengan jelas.
Yang
pasti ialah bahwa kapasitas ingatan ini sangat besar.
e. Fase Pengingatan
·
Pengingatan
:
Proses
mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan jangka
panjang)
·
Pengingatan
terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau masalah yang
dihadapi.
·
Dosen
berperan penting dalam meningkatkan kemampuan (Kecepatan dan ketepatan)
mahasiswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam pengingatan disebut juga
pelepasan lambang (decoding).
f.
Fase Generalisasi
·
Generalisasi
:
Proses
mengingat dan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Dari segi bahasa, pada
fase ini mahasiswa dapat menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan kata –
kata (bahasa) sendiri secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir
belajar. Kemampuan Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman mahasiswa
tentang materi kuliah. Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir
mandiri.
·
Fase
ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik mahasiswa).
g.
Fase Kinerja
·
Ini
adalah proses dimana mahasiswa membuktikan pemahamannya tentang materi kuliah
melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam ujian, atau
sikapnya dalam menghadapi masalah.
h.
Fase Umpan Balik
·
Fase
ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh
juga umpan balik.
·
Dalam
fase ini mahasiswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi kuliah dari
kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu,
seperti nilai ujian, respon yang diberikan dosen, dll.
·
Umpan
balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat
diketahui apa yang harus diperbaiki.
Urutan
fase – fase diatas adalah yang umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi bahwa
urutan itu tidak diikuti, misalnya langsung ke fase pemerhatian atau
pemerolehan. Perubahan ini dapat terjadi terutama karena situasi belajar
mengajar yang dihadapi, termasuk cara – cara penyajian materi kuliah oleh
dosen. Tetapi bagaimanapun, fase – fase tersebut perlu diperhatikan.
0 komentar:
Post a Comment