Allah berfirman: “Dan perbuatlah kebajikan supaya kalian mendapat kemenangan”. (QS Al Hajj 22 : 77)
Allah juga berfirman: “Dan apa saja kebajikan yang kalian buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (QS Al Baqarah 2 : 215)
Nabi saw bersabda: “Muslim adalah saudara muslim, tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya. Barangsiapa berada pada hajat saudaranya, maka Allah azza wa jalla berada pada hajatnya. Barangsiapa menyirnakan kesedihan dari muslim, maka sebagai gantinya Allah menyirnakan kesedihan di antara kesedihan-kesedihan hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi muslim, maka Allah menutupinya di hari kiamat”. (HR Tirmidzi 1426)
Dikisahkan, bahwa Ibnu Abbas ra sedang itikaf di masjid Nabi saw. Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki bersedih dan berduka. Ibnu Abbas berkata kepadanya: “Fulan, saya lihat anda bersedih dan berduka”. Lelaki itu menjawab: “Benar, wahai sepupu Nabi saw. Saya menjadi budak si Fulan dan tidak mampu melepaskan diri dari perbudakan”. Ibnu Abbas berkata: “Apakah anda mau saya berbicara kepadanya?” Lelaki itu menjawab: “Dengan senang hati”.
Ibnu Abbas memakai sandal, lalu keluar dari masjid. Hal itu membuat lelaki tersebut bertanya: “Apakah anda lupa apa yang sedang anda lakukan?” Yakni itikaf. Jawab Ibnu Abbas: “Tidak. Namun aku mendengar pemilik kubur ini (Nabi saw) bersabda: “Barangsiapa berjalan dalam rangka keperluan saudaranya dan menunaikannya, maka hal itu lebih baik baginya daripada itikaf dua puluh tahun. Barangsiapa itikaf sehari karena menginginkan ridha Allah taala, maka Allah menciptakan tiga parit antara dia dan neraka, lebih jauh daripada antara timur dan barat”. (HR Al Mundziri dalam At Targhib 2/99, Al Haitsami dalam Majmauz Zawaid 8/195 ringkas dan berkata: (Diriwayatkan Thabarani dalam Al Ausath dengan sanad bagus)
Termasuk shalat-shalat untuk hajat adalah:
1- Sholat qadhaul hajat
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa memiliki hajat kepada Allah taala atau kepada salah seorang dari anak Adam, maka hendaklah dia berwudhu dan berwudhu dengan baik. Kemudian hendaklah dia shalat dua rekaat, lalu hendaklah dia menyanjung Allah azza wa jalla dan hendaklah dia bershalawat atas Nabi saw. Kemudian hendaklah dia berkata: “Tiada tuhan kecuali Allah Yang Maha Murah dan Derma. Maha Suci Allah Tuhan arasy yang agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Saya meminta kepada-Mu hal-hal yang menarik rahmat-Mu, pokok ampunan-Mu, jarahan dari setiap kebaktian dan selamat dari segala dosa. Jangan biarkan dosa bagiku, kecuali Engkau mengampuninya, kesedihan kecuali Engkau sirnakan maupun hajat yang merupakan keridhaan bagi-Mu, kecuali Engkau penuhi, wahai Maha Pemurah di antara mereka yang pemurah”. (HR Tirmidzi 479, Ibnu Majah 1384)
2- Shalat istikharah
Yaitu dua rekaat di luar shalat fardhu dan doa diucapkan setelahnya dalam keadaan duduk menghadap kiblat dan menghayati bahwa kita membutuhkan Allah.
Jabir bin Abdullah ra berkata: “Nabi saw mengajari kami shalat istikharah dalam segala hal seperti surat dari Al Qur-an. Nabi bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian menghendaki sesuatu, maka hendaklah dia ruku’ dua kali di luar fardhu, lalu hendaklah dia mengucapkan: “Ya Allah, sesungguhnya saya meminta kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu dan meminta sebagian anugrah-Mu yang besar. Karena sesungguhnya Engkau kuasa dan saya tidak kuasa, Engkau tahu dan saya tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagi saya dalam agama, hidup dan kesudahan urusan saya (atau Nabi bersabda urusan saya sekarang dan nanti), maka takdirkanlah hal itu untuk saya dan mudahkan bagi saya. Kemudian berkahilah saya di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa hal ini buruk bagi saya dalam agama, hidup dan kesudahan urusan saya (atau Nabi bersabda urusan saya sekarang dan nanti), maka singkirkan hal itu dari saya dan singkirkan saya darinya. Dan takdirkan kebaikan untuk saya di mana saja ia berada, lalu ridhakanlah saya terhadapnya”. Nabi bersabda: “Dan sebutkan hajatnya”. (HR Bukhari 6382)
Istikharah dan doa boleh diulang-ulang beberapa kali. Rahasia dan kelebihan istikharah adalah bahwa Allah memberikan pilihan untuk hamba. Allah akan menunjukkannya terhadap hal yang paling baik dan paling utama.
Dalam istikharah, tidak diharuskan ada isyarat dalam mimpi yang menyuruh untuk melakukan atau menjauhi sesuatu.
Dikisahkan, bahwa Ashim bin Abu Ishaq, imam ilmu qiraah Al Qur-an, tertimpa kemalangan. Ashim jatuh miskin dan hidupnya susah. Ashim berkata: “Aku mengunjungi temanku dan menceritakan nasib yang menimpa aku. Namun di wajahnya aku tahu, bahwa dia tidak suka. Aku lalu keluar dari rumah temanku dan menuju kuburan serta melakukan shalat dalam waktu lama. Setelah shalat, aku letakkan wajah di tanah dan aku ucapkan: “Wahai Pencipta usaha umat manusia, wahai Pembuka pintu-pintu, wahai Maha Mendengar suara-suara, wahai Pengabul doa-doa, wahai Tuhan yang memenuhi hajat hamba. Cukupilah aku dengan halal-Mu dariharam-Mu dan kayakan aku dengan anugrah-Mu dari selain Engkau”.
Demi Allah, aku belum mengangkat kepala ketika aku mendengar suara di dekatku. Setelah mengangkat kepala, aku melihat seekor burung gagak menjatuhkan sebuah kantong merah. Ketika aku buka, ternyata kantong itu berisi delapan puluh dinar dan permata terbungkus kain. Kemudian aku tukar permata itu dengan banyak uang, sementara dinar-dinar masih utuh. Dengan dinar itu aku membeli sebuah pekarangan dan aku memuji Allah”. (Al Araj fil Faraj oleh Suyuthi hal 16)
Allah juga berfirman: “Dan apa saja kebajikan yang kalian buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (QS Al Baqarah 2 : 215)
Nabi saw bersabda: “Muslim adalah saudara muslim, tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya. Barangsiapa berada pada hajat saudaranya, maka Allah azza wa jalla berada pada hajatnya. Barangsiapa menyirnakan kesedihan dari muslim, maka sebagai gantinya Allah menyirnakan kesedihan di antara kesedihan-kesedihan hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi muslim, maka Allah menutupinya di hari kiamat”. (HR Tirmidzi 1426)
Dikisahkan, bahwa Ibnu Abbas ra sedang itikaf di masjid Nabi saw. Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki bersedih dan berduka. Ibnu Abbas berkata kepadanya: “Fulan, saya lihat anda bersedih dan berduka”. Lelaki itu menjawab: “Benar, wahai sepupu Nabi saw. Saya menjadi budak si Fulan dan tidak mampu melepaskan diri dari perbudakan”. Ibnu Abbas berkata: “Apakah anda mau saya berbicara kepadanya?” Lelaki itu menjawab: “Dengan senang hati”.
Ibnu Abbas memakai sandal, lalu keluar dari masjid. Hal itu membuat lelaki tersebut bertanya: “Apakah anda lupa apa yang sedang anda lakukan?” Yakni itikaf. Jawab Ibnu Abbas: “Tidak. Namun aku mendengar pemilik kubur ini (Nabi saw) bersabda: “Barangsiapa berjalan dalam rangka keperluan saudaranya dan menunaikannya, maka hal itu lebih baik baginya daripada itikaf dua puluh tahun. Barangsiapa itikaf sehari karena menginginkan ridha Allah taala, maka Allah menciptakan tiga parit antara dia dan neraka, lebih jauh daripada antara timur dan barat”. (HR Al Mundziri dalam At Targhib 2/99, Al Haitsami dalam Majmauz Zawaid 8/195 ringkas dan berkata: (Diriwayatkan Thabarani dalam Al Ausath dengan sanad bagus)
Termasuk shalat-shalat untuk hajat adalah:
1- Sholat qadhaul hajat
Nabi saw bersabda: “Barangsiapa memiliki hajat kepada Allah taala atau kepada salah seorang dari anak Adam, maka hendaklah dia berwudhu dan berwudhu dengan baik. Kemudian hendaklah dia shalat dua rekaat, lalu hendaklah dia menyanjung Allah azza wa jalla dan hendaklah dia bershalawat atas Nabi saw. Kemudian hendaklah dia berkata: “Tiada tuhan kecuali Allah Yang Maha Murah dan Derma. Maha Suci Allah Tuhan arasy yang agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Saya meminta kepada-Mu hal-hal yang menarik rahmat-Mu, pokok ampunan-Mu, jarahan dari setiap kebaktian dan selamat dari segala dosa. Jangan biarkan dosa bagiku, kecuali Engkau mengampuninya, kesedihan kecuali Engkau sirnakan maupun hajat yang merupakan keridhaan bagi-Mu, kecuali Engkau penuhi, wahai Maha Pemurah di antara mereka yang pemurah”. (HR Tirmidzi 479, Ibnu Majah 1384)
2- Shalat istikharah
Yaitu dua rekaat di luar shalat fardhu dan doa diucapkan setelahnya dalam keadaan duduk menghadap kiblat dan menghayati bahwa kita membutuhkan Allah.
Jabir bin Abdullah ra berkata: “Nabi saw mengajari kami shalat istikharah dalam segala hal seperti surat dari Al Qur-an. Nabi bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian menghendaki sesuatu, maka hendaklah dia ruku’ dua kali di luar fardhu, lalu hendaklah dia mengucapkan: “Ya Allah, sesungguhnya saya meminta kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu dan meminta sebagian anugrah-Mu yang besar. Karena sesungguhnya Engkau kuasa dan saya tidak kuasa, Engkau tahu dan saya tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagi saya dalam agama, hidup dan kesudahan urusan saya (atau Nabi bersabda urusan saya sekarang dan nanti), maka takdirkanlah hal itu untuk saya dan mudahkan bagi saya. Kemudian berkahilah saya di dalamnya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa hal ini buruk bagi saya dalam agama, hidup dan kesudahan urusan saya (atau Nabi bersabda urusan saya sekarang dan nanti), maka singkirkan hal itu dari saya dan singkirkan saya darinya. Dan takdirkan kebaikan untuk saya di mana saja ia berada, lalu ridhakanlah saya terhadapnya”. Nabi bersabda: “Dan sebutkan hajatnya”. (HR Bukhari 6382)
Istikharah dan doa boleh diulang-ulang beberapa kali. Rahasia dan kelebihan istikharah adalah bahwa Allah memberikan pilihan untuk hamba. Allah akan menunjukkannya terhadap hal yang paling baik dan paling utama.
Dalam istikharah, tidak diharuskan ada isyarat dalam mimpi yang menyuruh untuk melakukan atau menjauhi sesuatu.
Dikisahkan, bahwa Ashim bin Abu Ishaq, imam ilmu qiraah Al Qur-an, tertimpa kemalangan. Ashim jatuh miskin dan hidupnya susah. Ashim berkata: “Aku mengunjungi temanku dan menceritakan nasib yang menimpa aku. Namun di wajahnya aku tahu, bahwa dia tidak suka. Aku lalu keluar dari rumah temanku dan menuju kuburan serta melakukan shalat dalam waktu lama. Setelah shalat, aku letakkan wajah di tanah dan aku ucapkan: “Wahai Pencipta usaha umat manusia, wahai Pembuka pintu-pintu, wahai Maha Mendengar suara-suara, wahai Pengabul doa-doa, wahai Tuhan yang memenuhi hajat hamba. Cukupilah aku dengan halal-Mu dariharam-Mu dan kayakan aku dengan anugrah-Mu dari selain Engkau”.
Demi Allah, aku belum mengangkat kepala ketika aku mendengar suara di dekatku. Setelah mengangkat kepala, aku melihat seekor burung gagak menjatuhkan sebuah kantong merah. Ketika aku buka, ternyata kantong itu berisi delapan puluh dinar dan permata terbungkus kain. Kemudian aku tukar permata itu dengan banyak uang, sementara dinar-dinar masih utuh. Dengan dinar itu aku membeli sebuah pekarangan dan aku memuji Allah”. (Al Araj fil Faraj oleh Suyuthi hal 16)
0 komentar:
Post a Comment