Habib Lutfi yang dimuliakan Allah SWT, saya seorang kepala keluarga
yang sedang berusaha untuk bisa menjadi imam bagi anggota keluarga saya.
Namun saya mempunyai permasalahan. Setiap kali hendak melaksanakan
perintah agama, hati saya selalu diliputi rasa malas. Dan setiap kali
ingin berdoa selalu diliputi rasa malas. Dan setiap kali ingin be
rdoa, saya bingung dosa apa yang harus saya panjatkan. Karena itu saya sering ganti-ganti doa.
Habib saya ingin memperbaiki ibadah saya, berilah saya nasihat. Saya
juga mohon agar Habib berkenan memberikan bacaan doa yang baik untuk
saya , keluarga dan orangtua, yang dapat diamalkan setiap hari, terutama
sehabis sholat lima waktu.
Semoga Allah senantiasa melindungi Habib sekeluarga dari berbagai macam bencana dan kesulitan. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Wa’alaikum salam wr wb
Terima kasih atas doa Anda. Semoga Anda sekeluarga juga selalu dalam lindungan Allah SWT, Amin.
Untuk permasalahan yang pertama, coba kita tanyakan kepada diri kita
terlebih dahulu, apakah kita merasa benar-benar butuh kepada Allah SWT.
Bila belum, marilah kita jadikan diri kita ini benar-benar membutuhkan
Allah SWT.
Manusia akan selalu membutuhkan Allah SWT, baik di
dunia maupun di akhirat. Hanya saja, kebanyakan kita merasa butuh Allah
jika sedang mengalami kesusahan. Kita ini nol, tidak punya daya dan
kekuatan. Siapa yang bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur kita
masih bisa menggerakkan tubuh kita? Siapa yang bisa menjamin nanti hati
kita masih bisa tergerak untuk sholat? Kalau toh kita bisa beraktivitas
dalam keseharian karena kondisi tubuh kita yang sehat, darimana
sebenarnya kesehatan itu berasal?
Kalau kita beranggapan bahwa
tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola
konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan pola makan yang teratur, dari
mana niatan atau kesadaran untuk hidup berpola hidup sehat itu muncul.
Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena
kehendak atau kekuatan kita sendiri? Atau ketika kita ringan menjalankan
ibadah kita, beranikah kita mengklaim bahwa itu atas kekuatan kita
sendiri? Atau lebih jauh beranikah kita memastikan bahwa akhir hidup
kita nanti dalam keadaan husnul khotimah?
Sungguh, dalam setiap
detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena
sebenarnya kita itu fakir dihadapan Allah SWT, sehingga kita semua
sangat, sangat tergantung kepada Allah SWT. Di dalam setiap gerak dan
langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan nafas kita, di dalam
setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah
lah yang sejatinya menggerakan dan memberi kita kekuatan.
Laa
hawla quwwata ilaa billaahil ’aliyyil’ azhiim. Tiada daya dan tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Alah , Yang Maha Tinggi lagi Maha
Agung.
Karena itu, mari kita jadikan pendekatan diri kita
kepada Allah SWT sebagai sebuah keperluan kita, kebutuhan kita melebihi
kepentingan kita terhadap makan, minum dan berpakaian misalnya. Kita
merasa perlu betul apa tidak kepada Allah? Coba kita tingkatkan ini
dulu.
Kedua, mengenai masalah doa. Tidak ada doa yang tidak
baik. Allah Ta’ala berfirman,”Ud’uni astajib lakum. Mintalah kepada Ku,
maka akan aku kabulkan.”
Dengan pintu Ud’uni ini, berarti semua
doa yang kita panjatkan akan dikabulkan. Akan tetapi, akan tetapi kita
perlu mengkoreksi diri atau instropeksi diri terlebih dahulu
Saya beri contoh yang sangat sederhana. Tetapi dengan contoh ini bukan
berarti saya mengumpamakan Allah seperti manusia. Saya bicara disini
antar kita sebagai manusia
Kita sering melihat anak-anak sedang
bermain di tanah, atau bermain pelepah pisang. Begitu ibunya pulang
dari pasar dan membawa oleh-oleh, anak itu berlari mengejarnya. Namun
ketika sang anak meminta oleh-oleh tersebut, apaka seorang yang ibu yang
baik akan memberikan oleh-oleh makanan kepada anaknya, sementara si ibu
tahu bahwa tangan anaknya itu kotor?
Tentu tidak, ia tidak
akan memberikan oleh-oleh tersebut karena tangan si anak masih kotor dan
akan membahayakan kesehatan si anak. Ibu pasti menyuruh si anak untuk
mencuci tangannya terlebih dahulu.
Nah begitu pula dengan Sang
Pencipta ibu-ibu tersebut, kalau tangan hamba-Nya masih kotor, tentu
Alah belum mengabulkan permohonannya. Karena itu, yuk bareng-bareng kita
cuci tangan kita dulu, supaya Allah memberikan apa yang kita inginkan.
Kita sucikan hati dan jiwa kita. Di antara dengan bertaubat dan
beristighfar, jangan jauh-jauh dengan ulama yang sholeh,
sering-seringlah membaca dan mengkaji Al Qur’an kemudian mengamalkannya,
sering-sering pula membaca sholawat Nabi SAW.
Jadikan hal ini
rutinitas kita sehari-hari dan jangan lupa minta diatur oleh Allah SWT.
Insya Allah anda akan menjadi kepala rumah tangga yang baik.
Doa itu bagaikan pisau. Ambil satu pisau saja, lalu kita asah
betul-betul supaya tajam. Karena pisau yang sebenarnya bisa kita asah
akan menjadi tajam luar biasa, tapi kita kurang pandai mengasahnya.
Jangan baru kita asah kita ganti pisau lain. Nah, inilah yang
mengakibatkan tumbuh rasa putus asa. Artinya, ambillah salah satu doa.
Doa apa saja, dan teruslah meminta dengan doa tersebut.
Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)
Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah
0 komentar:
Post a Comment