Future Video

Sunday 6 March 2011

PMII Gelar Maulidan bersama Warga Sunan Kuning

Ratusan mbak-mbak (sebutan populer warga Resosialisasi Argorejo) di kompleks lokalisasi Sunan Kuning menggelar Mauludan bersama mahasiswa, kamis (3/3).
Adalah Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP) milik Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, yang mengajak mereka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW kali ini.

Maulidan digelar dalam pengajian umum bersama KH Habib Umar Muthohar bertema Meningkatkan Jiwa Spiritual Umat Muslim di Era Modernisasi. Hadir pula Ketua Resos Agorejo Suwandi, Dosen IAIN Walisongo Saleh, dan sejumlah aktivis PMII Kota Semarang.

Habib Umar dalam mauidhoh hasanahnya menyampaikan, rahmat Allah tak pernah tertutup untuk manusia, seberapa burukpun perbuatannya. Ampunan Allah selalu luas dan terbuka bagi siapa saja yang tetap beriman dan mau bertaubat kepada-Nya. Sayyid -panggilan akrab Habib- yang suka guyon ini mengajak semua orang tak putus asa atas rahmat Allah.

"Jangan sampai orang menganggap tak diperhatikan Allah. Sebab semua makhluk selalu diperhatikan-Nya. Orang hidup itu pasti mengalami banyak masalah. Mungkin di antara kita ada yang kejeglong di lubang atau terperosok lumpur hitam," tutur Habib.

Lebih lanjut Habib berharap kepada warga lokalisasi untuk tetap berharap kepada rahmat Allah. Asalkan manusia masih punya iman, mereka layak berharap dientaskan dan diangkat oleh Allah ke jalan yang lurus yang diridhoi-Nya. Dengan demikian manusia tetap layak berharap surga yang merupakan puncak rahmat Allah.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan bahasa ringan dan sering menyapa hadirin, membuat mbak-mbak dan beberapa papi atau mami terbawa suasana haru dan juga ikut sholawat kala grup rebana yang berada di panggung bersama Habib Umar melantunkan syair al-barzanji.

Bahkan ketika Habib memimpin doa, semua khusyuk menengadahkan tangan. Larut dalam permohonan kepada Allah Dzat Yang Maha Pengampun. Tak sedikit yang menitikkan air mata. Itu terjadi setelah Habib Umar menceritakan kisah pelacur di masa Nabi Musa.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan bahasa ringan dan sering menyapa hadirin, membuat mbak-mbak dan beberapa papi atau mami terbawa suasana haru dan juga ikut sholawat kala grup rebana yang berada di panggung bersama Habib Umar melantunkan syair al-barzanji.

Bahkan ketika Habib memimpin doa, semua khusyuk menengadahkan tangan. Larut dalam permohonan kepada Allah Dzat Yang Maha Pengampun. Tak sedikit yang menitikkan air mata. Itu terjadi setelah Habib Umar menceritakan kisah pelacur di masa Nabi Musa.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan bahasa ringan dan sering menyapa hadirin, membuat mbak-mbak dan beberapa papi atau mami terbawa suasana haru dan juga ikut sholawat kala grup rebana yang berada di panggung bersama Habib Umar melantunkan syair al-barzanji.

Bahkan ketika Habib memimpin doa, semua khusyuk menengadahkan tangan. Larut dalam permohonan kepada Allah Dzat Yang Maha Pengampun. Tak sedikit yang menitikkan air mata. Itu terjadi setelah Habib Umar menceritakan kisah pelacur di masa Nabi Musa.

Alkisah, Nabi Musa dalam perjalanan hendak munajat di bukit Sina, kemalaman di jalan. Beliau berniat menginap di desa terdekat. Terdapat rumah yang paling terang di desa itu, dan Nabi Musa mampir untuk minta ijin menginap. Ternyata si pemilik rumah adalah seorang mucikari. Ia pun mempersilakan Nabi Musa menginap.

Demikian dinyatakan KH Habib Umar Muthohar saat memberikan ceramahnya di hadapan ratusan mbak-mbak (sebutan populer warga Resosialisasi Argorejo) di kompleks lokalisasi Sunan Kuning menggelar Mauludan bersama mahasiswa, kamis (3/3).

Kemudian Habib melanjutkan ceritanya: Mucikari itu berkata, “Wahai Nabi, saya ini merasa sangat banyak dosa. Sewaktu muda saya jual diri, sekarang menjua orang lain. Tolong tanyakan kepada Allah, saya akan dimasukkan ke neraka mana?”

Pamit dari rumah si germo, Nabi Musa bertemu wanita yang buntung tangan dan kakinya di pasar. Si wanita menjadi pengemis dan sabar atas cobaan itu. Dia titip pertanyaan kepada Nabi Musa, “Wahai Nabi. Aku ini dibero cobaan begini rupa dan sabar menerima takdir. Nanti akan masuk surga mana?”.

Dari pasar, di jalan bertemu seorang tua bangka yang berjalan sambil memegang tongkat. Si kakek juga bertanya pada Nabi Musa. “Wahai, Musa. Aku berasal dari desa yang jauh. Sudah 12 tahun tak ada hujan turun di desaku. Tolong tanyakan kepada Allah, kapan akan menurunkan hujan di desaku.

Nabi Musa pun menyampaikan semua pertanyaan mereka kepada Allah di bukit Sina. Ternyata Allah memberi jawaban yang mencengangkannya. Si germo dikabarkan akan masuk surga, dan si pengemis buntung akan masuk neraka Jahanam. Sedangkan si tua, diminta bersabar 12 tahun lagi.

Bergegas Nabi Musa kembali. Pertama kepada kakek tua. Mendengar penjelasan dari Nabi Musa, ia justru bersujud sambil menangis. Padahal jika melihat usianya, dia tak akan hidup pada saat hujan itu turun 12 tahun lagi.

“Terima kasih, ya Allah. Permohonanku Engkau kabulkan,” derai si kakek dalam tangisnya.

Mendadak langit jadi gelap, mendung menutupi wilayah Mesir. Hujan pun turun dengan derasnya. Si kakek pun bertanya: “Wahai, Musa. Tadi katanya hujan masih 12 tahun lagi. Ini kok turun sekarang?”. Dijawab Nabi Musa: “Karena Anda tak putus asa pada rahmat Allah, maka langsung diberi kontan. Tak jadi kredit,” ujar Habib Umar membuat kalimat sendiri dengan gaya bercanda.

Berikutnya, Nabi Musa menemui si pengemis. Dari jauh si pengemis sudah berbicara sombong: “Bagaimana Musa? Aku masuk surga yang mana?.

“Bu, mohon maaf. Waktu saya tanyankan soal Anda, Allah sedang sibuk memasukkan 60 ekor unta ke lubang jarum,” tutur Nabi Musa tak tega mengabarkan tentang neraka untuknya.

“Ah, tidak mungkin. Itu jelas mustahil. Ekor unta pun tak bisa masuk lubang jarum,” sergah si wanita buntung.

“Tapi Allah Maha Kuasa lho, Bu” sahut Nabi Musa.

“Meskipun Allah Maha segalanya, aku tetap tak percaya itu bisa terjadi,” tukasnya seraya menuding Nabi Musa telah membual.

Sementara itu, ketika Nabi Musa menyampaikan kabar kepada si germo, bahwa ia akan diberi surga, seketika itu langsung sujud sambil menangis sekeras-kerasnya. Dia memohon ampun kepada Allah, kok bisa-bisanya akan masuk surga. Belum lagi Nabi Musa berpamitan, si germo itu meninggal dunia.

Allah memberitahu Nabi Musa, si germo diampuni segala dosanya karena merasa bersalah dan memohon ampun. Dan selama hidup dia masih punya iman. Sedangkan si pengemis meski sabar, tak punya iman dan bersikap sombong. Itulah yang membuatnya masuk neraka.

“Subhanallah. Mari kita tetap memegang iman. Jangan pernah menganggap rahmat Allah menjauh meski saat ini kita mungkin belum berada lurus di jalannya,” pungkas Habib Umar dengan mata terpejam, saking harunya.

0 komentar:

Post a Comment

Mobil Bekas
Pasang Iklan Rumah
Kontak Jodoh